Jumat, 19 Februari 2010

KARAKTER MANUSIA BERDASARKAN GOLONGAN DARAH

GOLONGAN DARAH

Di Jepang, ada penelitian ttg karakter seseorang lebih ditentukan oleh golongan darah daripada zodiak atau shio. Kenapa? Katanya, golongan darah itu ditentukan oleh protein-protein tertentu yang membangun semua sel di tubuh kita dan oleh karenanya juga menentukan psikologi kita. Benar apa tidak?

SIFAT SECARA UMUM :
A : terorganisir, konsisten, jiwa kerja-sama tinggi, tapi selalu cemas(krn perfeksionis) yg kadang bikin org mudah sebel, kecenderungan
Politik : " Destra "

B : nyantai, easy going, bebas, dan paling menikmati hidup, kecenderungan politik: "sinistra"
O : berjiwa besar, supel, gak mau ngalah, alergi pada yg detil, kecenderungan politik: "centro"
AB: unik, nyleneh, banyak akal, berkepribadian ganda, kecenderungan politik > tidak tercantum

BERDASARKAN URUTAN :
Yg paling gampang ngaret soal waktu :
1 B (krn nyantai terus)
2 O (krn flamboyan)
3 AB (krn gampang ganti program)
4 A (krn gagal dalam disiplin

YG PALING SUSAH MENTOLERIR KESALAHAN ORG :
1 A (krn perfeksionis dan narsismenya terlalu besar)
2 B (krn easy going tapi juga easy judging)
3 AB (krn asal beda)
4 O (easy judging tapi juga easy pardoning

YG PALING BISA DI PERCAYA :
1 A (krn konsisten dan taat hukum)
2 O (demi menjaga balance)
3 B (demi menjaga kenikmatan hidup)
4 AB (mudah ganti frame of reference)

MENURUT SURVEY, GOL DARAH YG PALING DISUKAI UNT JADI TEMAN :
1 O (orangnya sportif)
2 A (selalu on time dan persis)
3 AB (kreatif)
4 B (tergantung mood)

KEBALIKAN NYA TEMAN YG PALING DISEBELIN/TIDAK DISUKAI ;
1 B (egois, easy come easy go, maunya sendiri)
2 AB (double standard)
3 A (terlalu taat dan scrupulous)
4 O (sulit mengala)

MENYANGKUT OTAK DAN KEMAMPUAN :
Yg paling mudah kesasar/tersesat
1 B
2 A
3 O
4 AB

YG PALING BANYAK MERAIH MEDALI DI OLIMPIADE OLAH RAGA:
1 O (jago olah raga)
2 A (persis dan matematis)
3 B (tak terpengaruh pressure dari sekitar. Hampir seluruh atlet judo, renang dan gulat jepang bergoldar B)
4 AB (alergi pada setiap jenis olah raga

YG PALING BANYAK JADI DIREKTUR DAN PEMIMPIN :
1 O (krn berjiwa leadership dan problem-solver)
2 A (krn berpribadi "minute" dan teliti)
3 B (krn sensitif dan mudah ambil keputusan)
4 AB (krn kreatif dan suka ambil resiko)

YG JADI PM JEPANG RATA2 BERGOLDAR;
1 O (berjiwa pemimpin)

MAHASISWATOKIYO UNIV PADA UMUMNYA BERGOL DARAH :
1 B
YG PALING GAMPANG NABUNG :
1 A (suka menghitung bunga bank)
2 O (suka melihat prospek)
3 AB (menabung krn punya proyek)
4 B (baru menabung kalau punya uang banyak)

YG PALING KUAT INGATAN NYA :
1 O
2 AB
3 A
4 B

YG PALING COCOKJADI MC :
1 A (kaya planner berjalan

MENYANGKUT KESEHATAN :
Yg paling panjang umur :
1 O (gak gampang stress, antibody nya paling joss!)
2 A (hidup teratur)
3 B (mudah cari kompensasi stress)
4 AB (amburadul)

YG PALING GAMPANG GENDUT ;
1 O (nafsu makan besar, makannya cepet lagi)
2 B (makannya lama, nambah terus, dan lagi suka makanan enak)
3 A (hanya makan apa yg ada di piring, terpengaruh program diet)
4 AB (Makan tergantung mood, mudah kena anoressia)

YG PALING GAMPANG DIGIGIT NYAMUK :
1 O (darahnya manis)

YG PALING GAMPANG FLU/DEMAM/BATUK/PILEK ;
1 A (lemah terhadap virus dan pernyakit menular)
2 AB (lemah thd hygiene)
3 O (makan apa saja enak atau nggak enak)
4 B (makan, tidur nggak teratur)

APA YG DIBUAT PADA ACARA MAKAN2 DI SEBUA PESTA :
O (banyak ngambil protein hewani, pokoknya daging2an)
A (ngambil yg berimbang. 4 sehat 5 sempurna)
B (suka ambil makanan yg banyak kandungan airnya spt soup, soto, baksodsb)
AB (hobby mencicipi semua masakan, "aji mumpung")

YG PALING CEPAT BOTAK :
1 O
2 B
3 A
4 AB

YG TIDURNYA PALING NYENYAK DAN SUSAH DIBANGUNIN :
1 B (tetap mendengkur meski ada Tsunami)
2 AB (jika lagi mood, sleeping is everything)
3 A (tidur harus 8 jam sehari, sesuai hukum)
4 O (baru tidur kalau benar2 capek dan membutuhkan)

YG PALING CEPAT TERTIDUR :
1 B (paling mudah ngantuk, bahkan sambil berdiripun bisa tertidur)
2 O (Kalau lagi capek dan gak ada kerjaan mudah kena ngantuk)
3 AB (tergantung kehendak)
4 A (tergantung aturan dan orario)

PENYAKIT YG MUDAH MENYERANG :
A (stress, majenun/linglung)
B (lemah terhadap virus influenza, paru-paru)
O (gangguan pencernaan dan mudah kena sakit perut)
AB (kanker dan serangan jantung, mudah kaget)

APA YG PERLU DIANJURKAN AGAR TETEP SEHAT :
A (Krn terlalu perfeksionis maka nyantailah sekali-kali, gak usah terlalu tegang dan serius)
B (Krn terlalu susah berkonsentrasi, sekali-kali perlu serius sedikit, meditasi, main catur)
O (Krn daya konsentrasi tinggi, maka perlu juga mengobrol santai, jalan-jalan)
AB (Krn gampang capek, maka perlu cari kegiatan yg menyenangkan dan bikin lega).

YG PALING SERING KECELAKAAN LALU LINTAS (BERDASARKAN DATA KEPOLISIHAN)
1 A
2 B
3 O
4 AB

Selasa, 09 Februari 2010

PENYAKIT JANTUNG KORNER (PJK)

A. Latar belakang

Saat ini penyakit dapat di pahami dalam rangka transisi epidemiologi yaitu suatu konsep mengenai perubahan pola kesehatan dan penyakit. Konsep ini hendak mencoba menghubungkan hal-hal tersebut dengan angka kesakitan dan angka kematian pada beberapa golongan penduduk dan menghubungkannya dengan factor social ekonomi serta demografi masyarakat (Notoatmodjo, 2003:13).
Penyakit tidak menular merupakan problem kesehatan utama negara-negara industry. Selain itu penyakit tidak menular menigkatkan dengan pesat pula di Negara-negara yang sedang berkembang yang sedang mengalami transisi demografi dan perubahan pola hidup dalam masyarakatnya (Anies, 2006)
Penyakit jantung merupakan suatu penyakit yang banyak di derita oleh masyarakat dan menjadi penyebab kematian nomor 1 baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia, terhadap penyakit ini WHO dan federasi jantung sedunia (word heart federation / WHF) meramalkan akan menjadi penyebab kematian utama di kawasan Asia pada tahun 2010 nanti.
Penyakit yang gaya hidup penderitanya paling banyak adalah penyakit jantung karena penyakit jantung koroner di alami jutaan penduduk dunia, di Amerika, 12 juta orang di diagnosis penyakit jantung koroner (PJK),di Indonesia walaupun belum ada data nasional prevalensi PJK, dampak serius penyakit ini telah terlihat, penyakit kardiovaskuler yang di dalamnya termasuk penyakit jantung koroner menempati urutan pertama penyebab seluruh kematian yaitu 16 % pada survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1992, pada survey kesehatan rumah tangga (SKRT) 1995 meningkat menjadi 18,9 %. Hasil survey sosial kesehatan ekonomi nasional (susenas) 2001 malahan memperlihatkan angka 26,4%. Bahkan pada tahun 2006 hingga kini penyakit pembuluh darah ini tetap menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia.DarI tahun ke tahunpeningkatan jantung koroner di indonsia terus meningkat akibat perubahan gaya hidup dalanm masyarakat Indonesia terutama asyarakat perkotaan yang akhirnya meningkatkan prekensi penyakiti ini
Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang di anggap cermin pola hidup modern, sejumlah perilaku atau gaya hidup seperti menkonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, narkoba, konsumsi garam dapur berlebihan, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga dan stress,telah menjadi gaya hidup manusia terutama gaya hidup manusia yang tinggal di perkotaan. Padahal semua perilaku tersebut merupakan faktor penyebab penyakit jantung koroner.

B. Sejarah penyakit jantung koroner

Penyakit jantung adalah penyakit negara maju atau negara industri lebih tepatnya,penyakit dimana masyarakat negara modern berada.karena ini penyakit jantung tidak saja monopoli negara maju,tetapi juga negara yang sedang berkembang yang menunjukkan kecenderungan peningkatannya.Hal ini disebabkan karena penyebab penyakit jantung berkaitan dengan keadaan dan perilsku masyarakat maju musalnya tinngi stress,salah makan dan gaya hidup modern seperti rokok dan minuman alcohol yang berlebihan(huriawati,2000)
Sementara itu frekuensi penyakit jantung koroner dipembuluh darah(PJPD)dinegara-negara sedang berkembang termaksud indonesia,cenderung meningkat sebagai akibat modernisasi,meniru gaya hidup negara sudah maju. PJPD pada dasarnya bukanlah suatu penyakit menular yang di sebabkan oleh suatu organism tertentu, namun karena adanya “ penularan“ penyakit ini melalui peniruan gaya hidup ada yang menyebutnya sebagai ‘new communicable disease (Bustan, 1997).
Menurut WHO (1990) kematian karena PJPD adalah 12 juta per tahun, membunuh nomor satu umat manusia. Bandingkan dengan kematian yang di sebabkan oleh diare 5 juta, kanker 4,8 juta, dan TBC 3 juta. PJPD ini adalah suatu preventable disease, penyakit yang di cegah, dimana 50 % kematian dini dapat di cegah dengan upaya-upaya pencegahan yang mengenai perubahan gaya hidup ( Andang, 2003).
Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1986, di laporkan bahwa mortalitas penyakit kardiovaskuler di Indonesia adalah 9,7 % dan berada pada peringkat ketiga. Dan tak kalah pentingnya bahwa kedudukan penyakit ini cebderung makin tinggi dan hingga akhir-akhir ini di anggap sebagai peringkat pertama penyebab kematian di Indonesia terutama di daerah perkotaan, sehingga perhatian terhadap penyakit ini sangatlah penting seiring dengan peningkatan frekuensi kejadian di masyarakat. Sejarah perkembangan perhatian terhadap penyakit jantung koroner (PJK) ditandai dengan berbagai studi besar yang di lakukan untuk mengidentifikasi faktor resiko dan percobaan klinik obat-obat penyakit jantung, sebagai contoh dapat di sebutkan Framingham Study yang terkenal itu, MRFIT (Multiple Risk Factor invention trial), yang kemidian di pertegas dengan penelitia-penelitian yang lainnya seperti SAVE (Survival and ventricular Enlargmen), SMILE (studi of emyokardial invartion late evaluation), dan survey monica di Jakarta (Bustan, 2007).

C. Pengertian penyakit jantung koroner (PJK)

penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang di sebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh darah arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Apabila penyempitan ini menjadi parah, maka dapat terjadi serangan jantung. Adapun penyempitan pembuluh darah arteri ke otak dapat menimbulkan struk. Otot jantung yang di berikan oksigen dan nutrisi yang di angkut oleh darah melalui arteri-arteri koroner. Jaringan koroner utama yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih kecil. Untuk berfungsi dengan baik dan memompa darah ke seluruh tubuh, otot jantung membutuhkan penyediaan darah yang cukup untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Seperti berjalan kaki dan gerak badan. Dengan tubuh semakin tua dan memburuk oleh bermacam-macam faktor resiko seperti tekanan darah tinggi, merokok, dan konsentrasi kolestrol darah yang abnormal, pembuluh menjadi using, dan pembuluh arteri koroner menjadi sempit dan tersumbat, persisi seperti karat pada korosi pipa air (Sueharto, 2004)

D. Tanda-tanda Penyakit jantung koroner

Menurut (Suharto, 2004), pada dasarnya setiap orang berbeda-beda. Tanggapan fisisk terhadap progresif dari penyakit jantung koroner (PJK) juga berbeda. Tidak semua orang dengan penyakit jantung koroner (PJK) memiliki tanda atau manifestasi tertentu tetapi manifestasi yang umum yaitu sebagai berikut :
1. Tidak ada tanda. Banyak dari mereka yang mengalami penyakit jantung koroner (PJK) tetapi tidak merasakan ada sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda suatu penyakit. Dalam bidang kedokteran, kondisi ini di sebut silent ischaemia. Mereka yang berpenyakit diabetes amat rentang terhadap silent ischaemia.
2. Angina.formalnya disebut angina fectoris.angina umunya ditunjukan dengan sakit dada sementara pada waktu melakukan gerakan fisik atau latihan.
3. Angina tidak stabil (unstable angina).sakit dada yang tiba-tiba terasa pada waktu keadaan isturahat atau terjadi lebih berat secara tiba-tiba.
4. Serangan jantung.bila aliran darah ke pembuluh arteri koroner terhalang sepenuhnya,terjadilah serangan jantung.
5. Kematian mendadak(student death). penyebab kematian mendadak pada pasien penyakit jantung koroner (PJK) sering kali adalah irama jantung yang tidak teratur yang mengiringi serangan jantung mendadak.

E. Pembuluh arteri koroner

Seperti setiap organ atau jaringan lainnya dalam tubuh.jantung atau tepatnya otot jantung memerlukan suplai darah yang cukup untuk memperoleh oksigen dan nutrisi yang di butuhkan untuk tenaga kontraksi berulang-ulang. Walaupun ruang-ruang jantung (serambi dan bilik) selalu berisi darah. Otot jantung tidak memperoleh oksigen dan zat gizi langsung dari darah dari ruang tersebut. Otot jantung menerima suplai darah melalui arteri koroner. Otot jantung memerlukan suplai darah dalam jumlah relatif besar. Saat istirahat aliran darah melalui arteri koroner kira-kira 225 ml per menit. Jumlah ini adalah 4-5 % dari toal darah yang di pompa oleh jantung. Arteri koroner berawal dari pokok aorta persis diatas klep aorta, melingkari puncak dan bercabang kebagian bawah seperti sebuah mahkota. Arteri koroner mempunyai banyak cabang seperti sebuah pohon. Batang dan cabang-cabang arteri yang besar dapat di sepanjang permukaan di sebelah luar jantung. Cabang-cabang yang lebih kecil menembus kedalam otot jantung untuk membawah darah ke sel-sel myocardium. Arteri yang lebih kecil bercabang kedalam pembuluh-pembuluh yang lebih kecil yang pada akhirnya kedalam kapiler. Kapiler-kapiler itu adalah titik dimana oksgen dan zat-zat gizi di tukarkan dengan produk limbah. Seperti arteri-arteri yang lain dalam tubuh, arteri koroner mempunyai tiga lapisan, yaitu lapisan sebelah dalam (Intima), lapisa otot (media), dan lapisan sebelah luar (adventitia). Permukaan pembuluh darah bagian dalam di lapisi dengan lapisan sel-sel yang di sebut lapisan endothelium. Rongga (saluran) di dalam pembuluh dimana darah mengalir di namakan lumen. (Sueharto, 2004).


F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Jantung Koroner

Menurut Anies (2006) secara umum di kenal sebagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya PJK yang di sebut sebagai faktor resiko PJK, antara lain :
1. Usia lanjut dimana penyakit jantung koroner baru muncul pada usia lanjut dimana berbagai faktor resiko telah lama berlangsung.
2. Monopaus dini, dengan berkurangnya hormone estrogen akibat monopaus maka dapat mengurangi elastisitas kerja jantung sehingga lebih rawan terkena penyakit jantung koroner.
3. Munculnya gejala-gejala PJK (Nyeri, angina, riwayat infra jantung da ECG yang abnormal).
4. Kadar kolestrol dan LDL kolestrol yang tinggi, HDL yang rendah dan trigliserida yang tinggi
5. Hipertensi dapat memicu penyakit jantung koroner karena hipertensi apat memicu jantung lebih cepat
6. Merokok membawa berbagai racun dalam tubuh yang akirnya membentuk flak atau arteoclerosis di arteri koroner dan menyebabkan penyembatan.
7. Kencing manis (Diabetes Militus) bila kadar glukora darah naik maka dapat memicu penyakit jantung koroner
8. Riwayat keluarga dengan PJK dimana seseorang akan memiliki riwayat PJK di keluarganya
9. Kegemukkan. Timbunan lemak akan menyebabkan penyumbatan pada arteri koroner
10. Kadar fibrinogen darah dan faktor pembekuan darah
11. Faktor sosial, geografi dan sosial ekonomi
12. Stress meningkatkan tekanan darah yang memicu terjadinya penyakit jantung koroner dan personalities
13. Kurang olahraga dimana dapat menyebabkab metabolism dalam tubuh tidak lancer.

G. Cara Penanggulangan Penyakit Jantung koroner (PJK)

Upaya pencegahan untuk menghindari penyakit jantung koroner di mulai dengan memperbaiki gaya hidup dan mengendalikan faktor resiko sehingga mengurangi peluang terkena penyakit tersebut. Untuk pencegahan penyakit jantung koroner hindari obesitas dan kolesterol. Mulailah dengan mengkonsumsi lebih banyak sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian. Makanan berserat dengan lainnya dan ikan. Kurangi daging, makanan kecil (cemilan), dan makanan yang berkalori tinggi dan banyak mengandung lemak jenuh lainnya. Makanan yang banyak mengandung kolesterol tertimbun alam dinding pembuluh darah dan menyebabkan arteosklerosis yang menjadi pemicu penyakit jantung koroner. Berhenti merokok merupakan target yang harus dicapai,juga hindari asap rokok dari lingkungan. Merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang, sehingga meningkatkan pergeseran pmbuluh darah arteri, dan meningkatkan faktor pembekuan darah yang memicu penyakit jantung koroner. perokok mempunya peluang terkena jantung koroner sekitar 2 kali lipat lebih tinggi di bandingkan dengan bkn perokok. Kurang minum alcohol. Lakukan olahraga/aktifitas fisik. Olahraga untuk menghindari penyakit jantung koronen sebaiknya di lakukan 2-3 kali seminggu selama 20-30 menit setiap melakukan olahraga tersebut. Olahraga dapat membantu mengurangi bobot badan. Mengendalikan adar kolesterol, dan menurunkan tekanan darah yang merupakan faktor resiko lain terkena jantung koroner. Kendalikan tekanan darah tinggi dan kadar gula darah. Hindari penggunaan obat-obat terlarang seperti heroin, kokain, ampetamin, karena obat-obat narkoba tersebut dapat meningkatkan resiko jantung koroner 7 kali lipat di banding dengan yang bukan pengguna narkoba (ANIES, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Aditama. 1997. Rokok dan kesehatan. Universitas Indonesia (UI-PRES). Jakarta
Andang. 2003. Food kombinasi “kombinasi makana serasi”. Gramedia Pustaka
Anies. 2006. Waspada ancaman penyakit tidak menular. Gramedia. Jakarta
Barnard. 2002 kiat jantung sehat. kAIFA. Bandung
Bustan. 2007. Epidemiologi penyakit tidak menular. Rineka Cipta
Huriawati. 2000 ilmu penyakit dalam . hipokrates. Jakarta
Notoatmodjo . 2003 Ilmu kesehatan masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta
Soeharto. 2004. Sertangan jantung dan strok gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Suhardjo. 1986. Olahraga untuk kesehatan jantung. Gramedia pustaka utama. jakarta


PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu.

Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.

Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu.

Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.

Pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di Indonesia. Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten School).

Pada tahun 1927, STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua sekolah tersebut mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.

Tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah berdirinya Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888. Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium ini berubah menjadi Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan laboratorium lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta.

Laboratorium-laboratorium ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar dan sebagainya bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi dan sanitasi.

Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934 dan 1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes ini dengan melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi massal. Tercatat pada tahun 1941, 15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinasi.

Pada tahun 1925, Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu itu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya tersebut ini menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan.

Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang tempat, di kebun, selokan, kali bahkan di pinggir jalan padahal mereka mengambil air minum juga dari kali. Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan karena perilaku penduduk.

Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan masyarakat, Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yang selanjutnya dikenal dengan Patah-Leimena.

Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di puskesmas.

Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan sebagai bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956 ini oleh dr. Y. Sulianti didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) sebagai proyek percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan.

Proyek ini disamping sebagai model atau konsep keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan.

Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih 8 desa wilayah pengembangan masyarakat yaitu Inderapura (Sumatera Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa Tengah), Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali) dan Barabai (Kalimantan Selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini.

Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo yang mengacu kepada konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C.

Dengan menggunakan hasil-hasil seminar tersebut, Departemen Kesehatan menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan, di kotamadya atau kabupaten.

Kegiatan pokok puskesmas mencakup :
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Gizi
4. Kesehatan lingkungan
5. Pencegahan penyakit menular
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Perawatan kesehatan masyarakat
9. Usaha kesehatan gizi
10 Usaha kesehatan sekolah
11 Usaha kesehatan jiwa
12 Laboratorium
13 Pencatatan dan pelaporan

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati 2 saja, yakni tipe A dan B dimana tipe A dikelola oleh dokter sedangkan tipe B hanya dikelola oleh paramedis. Dengan adanya perkembangan tenaga medis maka akhirnya pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B, hanya ada satu tipe puskesmas yang dikepalai oleh seorang dokter.

Pada tahun 1979 juga dikembangkan 1 piranti manajerial guna penilaian puskesmas yakni stratifikasi puskesmas sehingga dibedakan adanya :
1. Strata 1 : puskesmas dengan prestasi sangat baik
2. Strata 2 : puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
3. Strata 3 : puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata

Selanjutnya puskesmas juga dilengkapi dengan 2 piranti manajerial yang lain, yakni micro planning untuk perencanaan dan lokakarya mini (Lokmin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (Posyandu).

Program ini mencakup :
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Gizi
4. Penanggulangan penyakit diare
5. Imunisasi

Puskesmas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan Posyandu di wilayah kerjanya masing-masing.


Sumber :

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT

Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu pengetahuan saja melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Oleh sebab itu, akan sedikit diuraikan perkembangan kesehatan masyarakat sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period).

  • Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan

Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.

Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut bukan karena kesehatan. Dibangunnya latri umum pada saat itu bukan karena tinja atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak enak dan pandangan yang tidak menyedapkan.

Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan alasan bahwa minum air kali yang mengalir sudah kotor itu terasa tidak enak, bukan karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit (Greene, 1984).

Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan rumah, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya, dan binatang-binatang piaraan yang menimbulkan bau, dan sebagainya.

Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman (public bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi dan sebagainya (Hanlon, 1974).

Kemudian pada permulaan abad pertama sampai kira-kira abad ke-7 kesehatan masyarakat makin dirasakan kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular mulai menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan di beberapa tempat telah menjadi endemi.

Penyakit kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Asia khususnya Timur Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan sejak abad ke-7 tersebut telah menjadi pusat endemi kolera. Disamping itu lepra juga telah menyebar mulai dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui para emigran.

Upaya-upaya untuk mengatasi epidemi dan endemi penyakit-penyakit tersebut, orang telah mulai memperhatikan masalah lingkungan, terutama hygiene dan sanitasi lingkungan. Pembuangan kotoran manusia (latrin), pengusahaan air minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah tercatat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pada waktu itu.

Pada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang paling dahsyat, di China dan India. Pada tahun 1340 tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan di India, Mesir dan Gaza dilaporkan bahwa 13.000 orang meninggal tiap hari karena pes.

Menurut catatan, jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh dunia waktu itu mencapai lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu waktu itu disebut "the Black Death". Keadaan atau wabah penyakit-penyakit menular ini berlangsung sampai menjelang abad ke-18. Disamping wabah pes, wabah kolera dan tipus masih berlangsung.

Telah tercatat bahwa pada tahun 1603 lebih dari 1 diantara 6 orang meninggal, dan pada tahun 1663 sekitar 1 diantara 5 orang meninggal karena penyakit menular. Pada tahun 1759, 70.000 orang penduduk kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit-penyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu antara lain difteri, tipus, disentri dan sebagainya.

Dari catatan-catatan tersebut di atas dapat dilihat bahwa masalah kesehatan masyarakat khususnya penyebaran-penyebaran penyakit menular sudah begitu meluas dan dahsyat, namun upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh belum dilakukan oleh orang pada zamannya.

  • Periode Ilmu Pengetahuan

Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Kalau pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan khususnya penyakit hanya dilihat sebagai fenomena biologis dan pendekatan yang dilakukan hanya secara biologis yang sempit, maka mulai abad ke-19 masalah kesehatan adalah masalah yang kompleks. Oleh sebab itu pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan secara komprehensif, multisektoral.

Disamping itu pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis Pasteur telah berhasil menemukan vaksin untuk mencegah penyakit cacar, Joseph Lister menemukan asam carbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi.

Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan pada tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat Inggris terserang epidemi (wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan yang miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi untuk penyelidikan dan penanganan masalah wabah kolera ini.

Edwin Chadwich seorang pakar sosial (social scientist) sebagai ketua komisi ini akhirnya melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut : Masyarakat hidup di suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia. Air limbah yang mengalir terbuka tidak teratur, makanan yang dijual di pasar banyak dirubung lalat dan kecoa. Disamping itu ditemukan sebagian besar masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14 jam per hari, dengan gaji yang dibawah kebutuhan hidup. Sehingga sebagian masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi.

Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan sahih. Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya parlemen mengeluarkan undang-undang yang isinya mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik dan sebagainya. Pada tahun 1848, John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan penduduk (masyarakat).

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya universitas dan didalamnya terdapat sekolah (Fakultas) Kedokteran.

Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada dan sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat.

Pengembangan kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan kepada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu merupakan hasil interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran / kesehatan.

Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika telah membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi departemen ini adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk (public), termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.

Departemen kesehatan ini sebenarnya merupakan peningkatan departemen kesehatan kota yang telah dibentuk di masing-masing kota, seperti Baltimor telah terbentuk pada tahun 1798, South Carolina tahun 1813, Philadelphia tahun 1818, dan sebagainya.

Pada tahun 1872 telah diadakan pertemuan orang-orang yang mempunyai perhatian kesehatan masyarakat baik dari universitas maupun dari pemerintah di kota New York. Pertemuan tersebut menghasilkan Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health Association).


Sumber :

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

FRAMBUSIA

A. DEFENISI

Penyakit frambusia atau patek adalah suatu penyakit kronis, relaps (berulang), nonvenereal treponematosis, lesinya berupa lesi kulit primer dan sekunder yang sangat menular dan lesi yang tidak menular adalah lesi tersier (lanjut) yang destruktif. Lesi awal yang tipikal (patek induk) yaitu berupa papilloma yang timbul pada wajah dan ekstremitas (biasanya pada kaki) muncul dalam beberapa minggu atau bulan, biasanya tidak nyeri kecuali jika ada infeksi sekunder. Proliferasinya lambat dan dapat membentuk lesi frambusia (raspberry) atau lesi dengan ulcus (ulceropapilloma). Diseminasi sekunder atau papilloma satelit timbul sebelum atau segera setelah lesi awal sembuh, lesi ini timbul dan tumbuh bergerombol serta sering disertai dengan periostitis pada tulang panjar (saber shin) dan jari (polidaktilitis) dan gejala konstitusional yang ringan. Papilloma dan hyperkeratosis pada telapak tangan dan kaki dapat timbul baik pada stadium awal atau lanjut : lesi tersebut menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan biasanya menimbulkan disabilitas. Lesi akan sembuh spontan tetapi dapat timbul kembali pada tempat lain selama fase awal dan lanjut.

Stadium akhir memiliki ciri-ciri berupa lesi destruktif pada kulit dan tulang, terjadi pada 10 – 20% dari penderita yang tidak mendapatkan pengobatan, biasanya muncul setelah 5 tahun atau lebih setelah terinfeksi. Penularan secara kongenital tidak ada dan infeksi jarang sekali terjadi dan jika sampai terjadi maka infeksi biasanya berakibat fatal dan menimbulkan kecacatan. Tidak seperti pada infeksi oleh sifilis, frambusia tidak menyerang otak, mata, aorta atau alat-alat pada abdomen.

Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan dengan mikroskop lapangan gelap atau pemeriksaan mikroskopik langsung FA dari eksudat yang berasal dari lesi primer atau sekunder. Test serologis nontrepanomal untuk sifilis misalnya VDRL (Venereal Disease Research Laboratory), RPR (Rapid Plasma Reagin) reaktif pada stadium awal penyakit menjadi non reaktif setelah beberapa tahun kemudian, walaupun tanpa terapi yang spesifik, dalam beberapa kasus penyakit ini memberikan hasil yang terus reaktif pada titer rendah seumur hidup. Test serologis trepanomal, misalnya FTA-ABS (Fluorescent Trepanomal Antibody – Absorbed), MHA-TP (Microhemagglutination assay for antibody to T. pallidum) biasanya tetap reaktif seumur hidup.



B. EPIDEMIOLOGI FRAMBUSIA
• Penyebab
Adapun Penyebab penyakit frambusia adalahTreponema pallidum, subspesies pertenue dari spirochaeta
• Distribusi Penyakit
Terutama menyerang anak-anak yang tinggal didaerah tropis di pedesaan yang panas, lembab, lebih sering ditemukan pada laki-laki. Prevalensi frambusia secara global menurun drastis setelah dilakukan kampanye pengobatan dengan penisilin secara masal pada tahun 1950-an dan 1960-an, namun penyakit frambusia muncul lagi di sebagian besar daerah katulistiwa dan afrika barat dengan penyebaran fokus-fokus infeksi tetap di daerah Amerika latin, kepulauan Karibia, India, Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik Selatan
.Frambusia umumnya menyerang anak-anak berusia dibawah 15 tahun. Rata-rata terjadi antara usia 6 – 10 tahun. Jenis kelamin tertentu tidak terkait dengan penyakit ini.
Terdapat 3 stadium frambusia yang dikenal, yakni :
a. Stadium Primer.
Setelah masa inkubasi antara 9-90 hari (rata-rata 3 minggu), lesi primer atau induk frambusia berkembang pada sisi yang terkena penularan berupa gigitan, goresan dan gesekan dengan kulit yang terkena frambusia. Umumnya terjadi di daerah anggota gerak (lengan dan kaki). Lesi berwarna kemerahan, tidak nyeri dan kadang-kadang gatal-gatal berbentol/kutil (papul). Papul-papul tersebut akan meluas dengan diameter 1-5 cm untuk kemudian menjadi ulkus (luka terbuka) dengan dasar berwarna kemerahan seperti buah berry. Lesi-lesi satelit bisa bersatu membentuk plak. Karena jumlah treponema yang banyak, maka lesi tersebut sangat menular. Pembesaran kelenjar limfa, demam serta rasa nyeri merupakan tanda dari stadium ini. Induk frambusia akan pecah dalam 2-9 bulan yang meninggalkan bekas dengan bagian tengah yang bersifat hipopigmentasi.
b. Stadium Sekunder.
Sekitar 6-16 minggu setelah stadium primer. Lesi kulit atau lesi anakan yang menyerupai lesi induk tapi berukuran lebih kecil yang biasanya ditemukan dipermukaan tubuh dan sebagian di rongga mulut atau hidung. Lesi anakan ini akan meluas, membentuk ulkus dan menghasilkan cairan-cairan fibrin yang berisi treponema, yang kemudia mengering menjadi krusta. Cairan tersebut menarik lalat-lalat untuk hinggap dan kemudian menyebarkannya ke orang lain. Kadang-kadang bentuk serupa infeksi jamur dapat terlihat. Kondisi ini diakibatkan proses penyembuhan inti dari papiloma atau gabungan dari lesi yang membentuk bundaran. Lesi di aksila atau di lipat paha menyerupai condylomatalata. Papil-papil di telapak kaki berberntuk tipis, hiperkeratosis yang akan menjadi erosi. Rasa nyeri menandai stadium ini.
c. Stadium Tersier.
Pada stadium ini, sekitar 10% kasus setelah 5-15 tahun akan kembali kambuh, yang ditandai dengan lesi kulit yang destruktif, lesi pada tulang dengan kemungkinan terkenanya jaringan saraf dan penglihatan penderita. Bertambahnya ukuran, tidak nyeri, perkembangan nodul-nodul dibawah kulit dengan penampakan nanah nekrosis dan ulkus. Ulkus tersebut terinfeksi karena rusaknya struktur kulit dibawahnya. Bentuk hiperkeratosis dan keratoderma pada telapak tangan dan kaki sangat jelas terlihat. Stadium ini dapat menyerang tulang dan persendian. Infeksi tulang (osteitis) yang terutama menyerang tulang kaki dan tangan. Infeksi ini apabila tidak terkendali akan menyebabkan hancurnya struktur tulang, dan berakhir dengan kecacatan dan kelumpuhan.
• Reservoir
Reservoir: Manusia dan mungkin primata kelas tinggi
• Cara Penularan
Prinsipnya berdasarkan kontak langsung dengan eksudat pada lesi awal dari kulit orang yang terkena infeksi. Penularan tidak langsung melalui kontaminasi akibat menggaruk, barang-barang yang kontak dengan kulit dan mungkin juga melalui lalat yang hinggap pada luka terbuka, namun hal ini belum pasti. Suhu juga mempengaruhi morfologi, distribusi dan tingkat infeksi dari lesi awal.
• Masa Inkubasi
Dari 2 hingga 3 minggu
• Masa Penularan
Masa penularan bervariasi dan dapat memanjang yang muncul secara intermiten selama beberapa tahun barupa lesi basah. Bakteri penyebab infeksi biasanya sudah tidak ditemukan pada lesi destruktif stadium akhir.
• Kerentanan dan Kekebalan
Tidak ada bukti adanya kekebalan alamiah atau adanya kekebalan pada ras tertentu. Infeksi menyebabkan timbulnya kekebalan terhadap reinfeksi dan dapat melindungi orang tersebut terhadap infeksi dari kuman golongan treponema lain yang patogen.

C. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
 KEBIJAKAN PROGRAM FRAMBUSIA
Eradikasi Frambusia tahun 2012 adalah :
a. Meningkatkan komitmen stakeholders
b. Berlandaskan kemitraan
c. Penemuan dan pengobatan penderita dan kontak secara profesional dengan memperhatikan etika dan hak asasi manusia serta kode etik kedokteran
d. Pelayanan penderita Frambusia bebas ( gratis)
e. Terjaminnya ketersediaan obat dan logistik
f. Tersedianya data dan informasi frambusia yang akurat, tepat waktu dan berkesinambungan.

 STRATEGI PROGRAM FRAMBUSIA
a. Sosial mobilisasi masyarakat
b. Pelatihan tenaga kesehatan untuk semua tingkat administrasi
c. Penemuan kasus secara dini dan kontak penderita
d. Penguatan jejaring surveilans Frambusia
e. Kerjasama lintas batas antar negara, provinsi dan kabupaten.
f. Bimbingan tekhnis, pemantauan dan evaluasi
g. Riset operasional.

D. SASARAN PROGRAM PEMBERANTASAN FRAMBUSIA
Adapun yang menjadi sasaran pada program pemberantasan penyakit Frambusia adalah :
 Pada lokasi yang endemik frambusia yaitu Buton dan Muna.
 Pada anak sekolah dan Masyarakat umum.
 Penderita yang telah diberi pengobatan.
 Non penderita yang kontak serumah, sekolah dan sepermainan


DAFTAR PUSTAKA

Kandun Nyoman, 2000. Manual Penberantasan Penyakit Menuar,CV. Infomedika , Jakarta.

Handayani Sarwo, 2000. Eliminasi Penyakit Frambusia, Depkes RI, Jakarta.

Entjang. I. 1997. ¬¬¬¬¬¬Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra Aditya Bakti. Bandung

Noor, NN. 2000. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta

http://Kusta.frambusia.co.id/

www.google.com/indosiar-frambusia/0__-

www.unair.com/tesis-frambusia/jasmurni